Renungan
Berdiri Teguh Dalam Kebenaran
“Kenangan kepada orang benar mendatangkan berkat,
tetapi nama orang fasik
menjadi buruk”
Amsal 10:1-7
Dalam
kehidupan sehari-hari kita sering mendengar kata ‘benar’ atau ‘kebenaran’.
Kebenaran adalah hal yang positif yang seharusnya kita lakukan. Walaupun Tuhan
sering mengajari kita agar kita melakukan kebenaran, namun kita jarang
melakukan kebenaran. Kita hanya akan melakukan suatu kebenaran apabila hal
tersebut sesuai dengan kehendak kita.
Orang benar
adalah orang yang mengerti cara hidup yang benar, termasuk memilih hal yang
benar sekalipun ada tawaran-tawaran yang sangat menggiurkan untuk melakukan hal
yang tidak benar. Orang benar adalah orang yang tidak takut dengan resiko yang
dihadapi ketika ia memilih untuk tetap berada di jalur yang benar. Tuhan pun
tahu cara menghargai umat-Nya yang tetap teguh berdiri demi kebenaran sekalipun
seluruh dunia melakukan hal sebaliknya. Dunia ini sedang berusaha
memutarbalikan kebenaran. Hal-hal yang dahulu dianggap benar, sekarang bisa
menjadi dianggap salah. Maka beranilah memilih untuk tetap melakukan kebenaran
dengan resiko harus kehilangan semua yang kita punya. Pilihan yang tidak
popular sekaligus dihindari oleh banyak orang, tetapi bernilai tinggi di mata Tuhan.
Dan kita harus percaya bahwa orang yang menyatakan kebenaran akan mendapat
berkat yang begitu melimpah.
Banyak yang salah jalan
tetapi merasa tenang karena banyak teman yang sama-sama salah. Tetapi beranilah
menjadi benar meskipun sendirian
*) Lidya
Agatha Lumban Tobing, Kelas X SMA 2 PSKD
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Cerpen
Malin Kundang
Dahulu kala di daerah Sumatra Barat hiduplah
sebuah keluarga kecil. Pada suatu hari, sang ayah pergi mencari nafkah dan
merantau untuk keluarganya namun tak kunjung pulang akhirnya sang ibu memutuskan
untuk mencari nafkah demi memberi makan anaknya yang bernama Malin Kundang.
Malin Kundang adalah seorang anak yang baik dan rajin membantu orang tua nya.
Pada suatu ketika Malin sedang bermain, dia terjatuh dan meninggalkan bekas luka.
Seiring dengan waktu, Malin pun semakin dewasa. Dia
merasa kasihan terhadap ibunya yang mencari nafkah untuknya sejak kecil, dia
pun berniat untuk merantau dan mencari perkejaan agar bisa membahagiakan
ibunya.
Malin pun meminta ijin untuk pergi merantau
kepada ibunya dan ibunya memberi ijin
kepada Malin. Keesokan harinya pergilah Malin ke pelabuhan dan ikut merantau
bersama teman-temannya. Ditengah perjalanan, kapalnya dihampiri orang jahat dan
kapalnya pun diobrak-abrik. Malin selamat dari orang jahat tersebut karena dia bersembunyi
didekat tumpukan kayu, namun setelah itu datanglah ombak besar yang
menghancurkan kapal yang ditumpangi Malin hingga kapal tersebut hancur dan
Malin pun terdampar disebuah pantai.
Setelah beberapa jam pingsan, Malin tersadar dan
berjalan kedalam pulau tersebut dan dia menemukan sebuah desa yang sangat subur.
Disana dia berkerja dengan giat hingga menjadi orang yang kaya raya. Dengan
kemapanan yang dimiliki, Malin pun mencari gadis dari desa tersebut dan
menikahinya. Kabar kesuksesan dan pernikahan Malin pun sampai ke telinga
ibunya. Mendengar berita tersebut, ibunya merasa senang dan berharap Malin pulang
kembali ke kampung halaman dan bertemu
dengannya.
Beberapa lama kemudian setelah Malin menikah, dia
pun melakukan perjalanan dengan kapal pesiar yang dimilikinya. Saat itu ibu
Malin sedang di laut dan ketika melihat kapal pesiar tersebut, ibunya yakin
bahwa itu Malin terlebih saat melihat lukanya ibunya semakin yakin bahwa itu
Malin. Dengan gembira, ibunya pun menyambut Malin dan memeluk Malin. Akan
tetapi Malin melepaskan pelukan ibunya dan mendorong ibunya hingga terjatuh. Malin
memaki ibunya dan membuat ibunya sakit hati. Melihat hal ini, istri Malin bertanya
apakah benar itu ibunya, Malin tidak mau mengakui bahwa itu ibunya dia malah
mengatakan bahwa ibu tersebut adalah seorang pengemis yang menginginkan hartanya.
Mendengar hal tersebut ibu Malin terkejut dan merasa marah sekali karena
anaknya tidak menganggapnya dan malah memakinya. Dengan amarah yang sangat
besar, sang ibu pun berdoa kepada Tuhan untuk mengutuk Malin menjadi batu jika
benar dia adalah anaknya. Beberapa menit kemudian terdengarlah suara gemuruh
yang amat besar dan badai yang menghancurkan kapal Malin. Malin pun merasa
takut dan menyesal namun penyesalannya terlambat karena tubuhnya perlahan-lahan
menjadi kaku dan membentuk batu.
*) Enny Milenia, Kelas X, SMA 2 PSKD
Tidak ada komentar:
Posting Komentar