Oleh: Ibu Suwarni
Roma
12:1 “Karena itu, saudara- saudara demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu
supaya kamu mempersembahkan
tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada
Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati”
Siapa yang belum tahu
tentang kota besar bernama Calcutta,
yang terletak di India, di tepi salah satu muara Sungai Gangga?
Kota
besar itu diberi nama menurut nama dewi kali , dewi maut, dalam bahasa aslinya
Kalikata atau Kota Kali. Setahun sekali penduduk Calcutta merayakan Kali Puja,
di mana- mana terlihat patung dewi itu dengan muka hitam, lidah merah dan
berlengan sepuluh. Patung-patung itu didirikan di pondok-pondok khusus, tempat
persembahan sajian.
Menjelang akhir masa kali puja, setiap patung sang dewi
dihiasi bunga dan dan di buang ke dalam “ air suci “ sungai Gangga. Dua ratus
tahun yang lalu ada yang lain lagi yang
juga dibuang ke dalam sungai Gangga
yaitu anak- anak kecil yang dipersembahkan kepada dewa “ air suci “, dengan
membiarkan mereka mati lemas atau dimakan buaya. Dan di sepanjang tepi sungai
Gangga, ada banyak tempat untuk membakar janda- janda bersama dengan jenazah
almarhum suami mereka.
Tidak jauh dari kota Calcutta ada
sebuah kota kecil bernama Serampore. Di sini pernah ada sebuah percetakan
Alkitah yang biasa disebut “ Pabrik Firman Hidup di Tepi Sungai Gangga”. Produk
pabrik tersebut tersebar luas ke seluruh india, bahkan ke negri – negri lain termasuk pulau Jawa. Walau persetase
orang India yang percaya sepenuhnya akan berita Injil itu kecil, namun beritanya telah membawa
pengaruh besar terhadap cara hidup rakyat di India. Lambat laun adat yang
membawa maut itu terkikis habis. Selam tahun 1800 – 1832 pabrik itu telah
memproduksi Alkitab dalam enam bahasa.
“Pabrik Firman Hidup di Tepi Sungai Gangga” itu dipelopori oleh seorang yang
bernama William Carey. Ia mengabdikan diri untuk melayani dan menterjemahkan
Alkitab ke berbagai bahasa. Meski banyak tantangan, namun Carey selalu berusaha
menyelesaikan pekerjaannya dengan segala kemampuannya. Tuhanpun menolong
sehingga beberapa rekannya membuka percetakan ini. Walau pendidikan awalnya
sangat kurang, tetapi William Carey dengan gigih mencari ilmu.
Sering ia
bekerja di bengkel sepatu dengan buku di sampingnya. Tanpa guru dan kuliah, ia
belajar bahasa asli Alkitab dan beberapa bahasa modern. Bahkan ia membuat peta
dunia dari kulit binatang yang biasa dipakainya untuk membuat sepatu.
Di
peta itu ia menandai bangsa- bangsa yang belum mendengar keselamatan di dalam
Tuhan Yesus. Lambat laun Willian Carey berhasil mengembalikan pandangan orang
Kristen di sekitarnya kepada pandangan yang benar, Yaitu bahwa Amanat Agung
Tuhan Yesus berlaku sepanjang abad.
Kini
“ Pabrik Firman Hidup di Tepi Sungai Gangga” yang mereka dirikan sudah tidak
ada lagi. Tetapi Firman itu sendiri masih hidup samapi sekarang. Orang Kristen
India yang setia selalu membawa firman ini di mana saja mereka berada dan
berhasil mengikis kebiasaan buruk
masyarakat.
Setiap umat tebusan Tuhan
seharusnya memiliki kerinduan memuliakan
Tuhan dengan melakukan pekerjaanNya.
Panggilan itu bukan hanya ditujukan kepada William Carey, tetapi juga kepada
setiap orang percaya.
Sebagai
manusia, tidak salah kalau kita memiliki impian – impian yang hendak kita
capai. Tetapi alangkah indahnya kalau setiap impian kita, atau bahkan
keberhasilan kita, ada sebauh misi untuk membawa Kabar Sukacita kepada setiap
orang. Inilah bagian dari ibadah sejati, yang memuliakan Tuhan dengan tubuh
yang dipersembahkan untuk kemuliaan Tuhan. “Orang percaya sejati akan
memuliakan Tuhan dengan cara memberi diri untuk melakukan pekerjaan Tuhan“.
Mari kita memuliakan Tuhan melalui peranan kita masing-masing sebagai siswa,
guru atau orang tua dengan melakukan tugas dan tanggung jawabnya dengan
sebaik-baiknya. ****
Tidak ada komentar:
Posting Komentar